- Home>
- Fan Fiction Story >
- Fan Fiction Story: Muara Kasih Bunda
Posted by : Unknown
Rabu, 13 Mei 2015
“elaine,, cepat turun papa udah mau pergi, kamu belum sarapan tau.” Teriakan bunda memecah pagi indahku, kuliat jam dinding dikamarku sambil merapikan seragamku.”inikan baru jam 7 .”desah ku dalam hati. Aku pun berlari menuruni anak tangga kulihat tangan bunda sudah sibuk mengurusi piring-piring diatas meja.tanpa memperdulikannya aku langsung menyantap sebuah roti lalu pergi meninggalkannya.
“aku pergi.” Ucapan singkat dariku menandakan aku pergi dari
ruang makan.dibalas dengan sabar oleh bunda “iya hati-hati disekolah len.” Aku
tak mempedulikannya ku hampiri ayah yang sudah ada dalam mobilnya.
Sudah 1 tahun perkawinan ayah dan bunda masih belum membuatku menerima bunda sebagai pengganti ibuku. Bagiku ibuku hanya satu dan itu bukan bunda,aku belum bisa menerima bunda sebagai ibutiriku. Padahal sebenarnya bunda adalah seorang pengganti yang baik, tapi hati ini masih berat untuk menerima bunda.bagiku ibu ku tetap saja ibuku walaupun dia sudah tak tinggal bersama ayah lagi. Tak akan ada yang bisa gantikan dia,termasuk bunda.
“udah sampai hati-hati yah nak.”ucap ayah seperti biasanya
menandakan aku sudah sampai disekolah. salim lalu pergi rutinitas ku bila
berpisah dari ayah. sampai saat ini tak ada sedikit kata
yang aku ucapkan ke
ayah setelah ayah menikah dengan bunda,mungkin ada tapi seadanya.
“elaine?”panggilnya. aku hanya membalikkan badanku dengan
memasang wajah yang membingungkan
“maafin ayah yah” terang ayah dengan wajah ingin
menangisnya, tak ku hiraukan apa yang dia katakan, ku tutupnya langsung pintu
mobil.tak lama ku dengar suara pintu terbuka
“len, ayah ingin bicara sama kamu,entar pulang ayah jemput.”
Aku hanya mengangguk mengiyakan lalu masuk ke sekolah.
Dikelas sudah terlihat dua sahabatku. Andela dan Grace
‘’elaine… lama amat sih,”sapa Ndela
“biasalah.”jawabku singkat,mood ku memang hariini kurang
baik, mungkin karna hari ini tepat setahun ayah ibu berpisah.
‘’ kenape sih si nyonya ini?unmoodmulu.”ejek grace
“gak tau. gak mood aja hari ini setahun bokap nyokap pisah, gue
kangen nyokap gue, trus bokap ngajak jalan bentar” jawabku,
“tumbenan diajak jalan,yaudah ikutin aja. gausah galau
gara-gara itu, sekarang lo galau gara-gara pak Nara udah masuk noohh..” seru
erin sambil menunjuk pak Nara, ternyata sudah bel kami pun langsung belajar.
Sepulang
sekolah ayah sudah menjemput didepan gerbang,masuk kedalam mobil dan diam sepanjang
perjalan, bukan hubungan orang tua dan anak yang baik, sampailah kami disebuah
restaurant yang sangat aku kenali, restaurant ini yang selalu kami datangi dulu
sebelum ada bunda. Masuk lah kami berdua duduk dan memesan makanan. Tak lama ku
dengar ada langkah kaki seorang perempuan yang anggun berbalik dan betapa
kagetnya aku, kulihat bunda datang.mood ku tambah tak enak.
“kenapa ada disini?”pertanyaan singkatku.
“ilen,kenapa ngomong kayak gitu ke bunda, sopan dong.”ayah
membalas
“biasanya juga kek gitu”jawabku judes. Duduklah bunda di
samping ku, kami bertiga ada direstaurant ini
“maafin bunda yah len, bunda gak pernah ada niat mau gantiiin
ibu kamu,bunda tau kalo kamu susah buat menerima bunda tapi inilah akhir ilen,
ilen harus terima bunda, bunda bisa bahagiain ilen sama kayak ibu.” Ucap bunda
memecah kesunyian.
“kan ilen udah bilang gak ada yang bisa gantiin ibu gak usah
terlalu berharap deh.”jawabku
“bunda gak akan gantiin ibu kamu, bunda Cuma mau kamu nerima
bunda dikeluarga ini, bunda cuma sebentar, bunda gak akan lama.”perkataan bunda
membuat ku bertanya apa maksud dari itu, baru ingin bertanya makanan sudah
datang maka makanlah kami lalu pulang,malam ini sangat membingungkan, untung
saja besok minggu.
Esoknya ada yang lain dari pagiku, sudah jam 8 belum ada
teriakan dari bunda, turunlah aku dari lantai atas ku lihat tak ada seorangpun,
mungkin mereka pergi berlibur pikirku, aku pun rencana mau pergi berlibur dengan
sahabatku tetapi ada baranng yang harus ku ambil di kamar ayah, maka masukklah
aku kekamar ayah, kulihatnya suatu hasil fotoronsen tergeletak dikasur, penasaran
aku pun membukanya kulihat sampulnya
hasilnya mengejutkan ternyata bunda kanker otak.
Tak lama ku dengar
suara hp ku berdering “ayah’’ kuangkat lah telponku itu,
“kamu udah bangun len, maaf yah nak ayah gak kasih
bangun kamu.”
“iya, ayah dimana?”
“ayah lagi dirumah sakit nak, saudara bunda sakit. “ aku tau
ayah berbohong. Setelah menutup telpon kuihat sebuah buku diary dari bunda. Ku
baca satu persatu, tak sadar air mata berjatuhan ternyata selama ini bunda tak
seperti yang ku tau. Ternyata ibulah yang menyuruh bunda menggantikannya, dan bunda
tak pernah memberitaukan itu kepadaku. Membaca itu ku langsung menuju kerumah
sakit, ku lihat ayah menelponku terus tapi tak ku angkat, sesampainya disana
suasana sangat mengejutkan.
“ilen, maafin bunda yah. bunda sekarang udah gak ada ilen,
dia udah pergi dengan tenang.. maafin dia yah nak.” Mohon ayah kepadaku sambil
menangis. Kulihat bunda sudah tergeletak terbaring, seketika suaraku lemas.
“ini surat buat kamu len,”ayah memberikanku surat dari bunda
“elaine, maafin bunda, sampai sekarang bunda belum bisa jadi
bunda yang baik buat ilen, bunda sayang kamu len walaupun kamu gak pernah anggap bunda, tapi bunda Cuma mau kamu menerima
bunda selama hidup bunda, sampai sekarang bunda masih sayang kamu len, semangat
yah len, jaga diri kamu yah. dah LoveYou “
“makasih bunda.”singkatku meratapi kesalahanku.
THE END
Author:
Ahmad Fauzy Ahsan - @Ozhyyahmad